Kesehatan
Jamu Tradisional di Apotek Dijamin Bebas Bahan Kimia
Jakarta, Jamu tradisional sudah sejak lama diandalkan masyarakat bahkan jauh sebelum ilmu pengetahuan obat-obatan berkembang. Masyarakat tertarik karena mempercayai produk jamu adalah produk herbal sehingga tidak memiliki efek samping tertentu seperti obat.
Kini, akibat pelaku yang tidak bertanggung jawab, perkembangan jamu tradisional terhambat. Beberapa produsen jamu mencampur produknya dengan Bahan Kimia Obat (BKO) lainnya. Hal tersebut berbahaya karena senyawa kimia tertentu jika dikonsumsi bersamaan dengan jamu dapat menimbulkan reaksi.
Semenjak ditemukannya banyak jamu tradisional dengan BKO, menurut Direktur Utama PT Njonja Meneer, Charles Saerang, masyarakat kini menjadi takut untuk membeli produk jamu tradisional.
Berkaitan dengan itu perusahaan jamu tradisional PT Njonja Meneer akan masuk ke jalur penjualan obat formal melalui kerja samanya dengan BUMN PT Kimia Farma yang bergerak di Industri farmasi. Produk-produk jamu PT Njonja Meneer kini pendistribusiannya akan dibantu oleh PT Kimia Farma.
"Terus terang saja distribusi penjualan jamu ada kendala sekarang. Kendalanya karena ketidakpercayaan para penjual maupun juga masyarakatnya mau beli di mana. Mereka khawatir kalau mau beli produk takut ada campurannya, ini masalah puluhan tahun kejadiannya, 30 tahun lebih," ujar Charles saat ditemui pada acara penandatanganan nota kesepahaman PT Njonja Meneer dengan PT Kimia Farma di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), Selasa (1/7/2014).
Charles mengatakan kurangnya regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengatur dan mengawasi produk jamu tradisional menjadi penyebab banyaknya jamu dengan campuran BKO di masyarakat.
Dengan Kerja sama antara PT Kimia Farma dengan PT Njonja Meneer, Jamu tradisional dapat ditemui di apotek resmi Kimia Farma. Charles berharap masyarakat dapat merasa yakin dan aman terhadap produk jamu.
"Dengan tambahan distribusi yang dibantu Kimia Farma, kepastian orang membeli jamu itu jelas. Jamu tidak mengandung bahan kimia. Kami berterima kasih luar biasa kepada Kimia Farma karena benar-benar telah memberikan jalan keluar," tutup Charles.
Kimia Farma Sendiri dikatakan oleh Direktur Kimia Farma, Rusdi Rosman, memiliki lebih dari 600 apotek dan 45 jaringan distribusi anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
(up/up)
Kini, akibat pelaku yang tidak bertanggung jawab, perkembangan jamu tradisional terhambat. Beberapa produsen jamu mencampur produknya dengan Bahan Kimia Obat (BKO) lainnya. Hal tersebut berbahaya karena senyawa kimia tertentu jika dikonsumsi bersamaan dengan jamu dapat menimbulkan reaksi.
Semenjak ditemukannya banyak jamu tradisional dengan BKO, menurut Direktur Utama PT Njonja Meneer, Charles Saerang, masyarakat kini menjadi takut untuk membeli produk jamu tradisional.
Berkaitan dengan itu perusahaan jamu tradisional PT Njonja Meneer akan masuk ke jalur penjualan obat formal melalui kerja samanya dengan BUMN PT Kimia Farma yang bergerak di Industri farmasi. Produk-produk jamu PT Njonja Meneer kini pendistribusiannya akan dibantu oleh PT Kimia Farma.
"Terus terang saja distribusi penjualan jamu ada kendala sekarang. Kendalanya karena ketidakpercayaan para penjual maupun juga masyarakatnya mau beli di mana. Mereka khawatir kalau mau beli produk takut ada campurannya, ini masalah puluhan tahun kejadiannya, 30 tahun lebih," ujar Charles saat ditemui pada acara penandatanganan nota kesepahaman PT Njonja Meneer dengan PT Kimia Farma di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), Selasa (1/7/2014).
Charles mengatakan kurangnya regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengatur dan mengawasi produk jamu tradisional menjadi penyebab banyaknya jamu dengan campuran BKO di masyarakat.
Dengan Kerja sama antara PT Kimia Farma dengan PT Njonja Meneer, Jamu tradisional dapat ditemui di apotek resmi Kimia Farma. Charles berharap masyarakat dapat merasa yakin dan aman terhadap produk jamu.
"Dengan tambahan distribusi yang dibantu Kimia Farma, kepastian orang membeli jamu itu jelas. Jamu tidak mengandung bahan kimia. Kami berterima kasih luar biasa kepada Kimia Farma karena benar-benar telah memberikan jalan keluar," tutup Charles.
Kimia Farma Sendiri dikatakan oleh Direktur Kimia Farma, Rusdi Rosman, memiliki lebih dari 600 apotek dan 45 jaringan distribusi anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
(up/up)
www.detikhealth.com