4 Mitos Soal Jalan Kaki Sebagai Aktivitas Fisik yang Masih Dipercaya
Jakarta - Jalan kaki bisa menjadi salah satu bentuk olahraga yang murah meriah dan mudah. Hanya saja, dalam praktik sehari-harinya, tak jarang masih ada mitos-mitos seputar jalan kaki sebagai aktivitas fisik yang masih dipercaya.
"Kadang-kadang, mitos seputar jalan kaki justru membuat kita enggan berjalan kaki. Padahal, banyak manfaat sehat yang dibalik jalan kaki. Untuk itu, baiknya abaikan hal-hal yang dipercaya seputar jalan kaki dan nyatanya hanyalah mitos," kata personal trainer di Southern California Equinox, Los Angeles, Sarah Kusch.
Nah, dikutip dari Prevention, berikut ini mitos-mitos soal jalan kaki yang masih banyak dipercaya masyarakat dan nyatanya tidak benar, seperti dipaparkan Kusch.
1. Jalan kaki harus dijadikan bentuk latihan fisik
Berjalan kaki memang bisa meningkatkan denyut jantung, membakar kalori, dan mengurangi stres. Namun, Kusch mengingatkan jangan terjebak pada keharusan menjadikan jalan kaki sebagai bentuk latihan fisik. Jika menerapkan prinsip itu, Anda justru tidak akan jalan kaki ketika tidak memiliki waktu antara 30-60 menit untuk jalan kaki.
"Bahkan ketika Anda tidak menjadikannya latihan fisik, jalan kaki dengan celana pendek atau celana pensil, lalu sepulang kerja atau sekadar pergi ke suatu tempat sudah menjadi bentuk latihan fisik secara tidak disadari," tutur Kusch.
Penelitian juga menunjukkan jalan kaki tiap 10 menit lalu da jeda akan lebih baik untuk mengendalikan tekanan darah dan gula darah serta meningkatkan kebugaran tubuh, dibanding sesi jalan kaki selama 30 menit full.
2. Harus jalan 10.000 langkah per hari
"Boleh-boleh saja menjadikan target 10.000 langkah per hari sebagai motivasi, tapi ketika Anda terlalu terobsesi dengan target ini, itu malah bisa jadi bumerang. Saat Anda terlalu fokus pada berapa banyak langkah yang bisa dilakukan, itu justru akan membebani Anda," tutur Kusch.
Studi dalam jurnal BMJ mengungkapkan jalan kaki 10.000 langkah per hari memang bisa memperbaiki indeks massa tubuh dan sensitivitas insulin. Namun, ketika Anda hanya bisa melakukan 2.000 langkah per hari atau kurang dari 10.000 langkah, itu pun tetap bermanfaat untuk kesehatan.
3. Perlu ada variasi kecepatan supaya jalan kaki lebih bermanfaat
Jika Anda hanya memiliki waktu 15 menit lantas memvariasikan kecepatan berjalan, menurut Kusch memang pembakaran kalori bisa lebih banyak. Tapi, jangan memaksakan melakukan hal itu jika memang otot atau lutut Anda terasa sakit.
"Yang paling penting, buatlah jalan kaki menjadi sesuatu yang Anda sukai. Jika Anda lebih suka jalan di luar rumah ketimbang di treadmill, lalu lebih senang mendengarkan musik sambil jalan kaki, lakukan saja selama itu tidak menggangggu. Intinya, tidak ada patokan khusus apa yang mesti Anda lakukan saat berjalan kaki," tutur Kusch.
4. Jalan kaki tidak sebaik jogging
Kusch mengatakan jangan merasa dengan berjalan kaki, maka Anda melakukan hal yang tidak lebih baik dari jogging. Studi yang dilakukan peneliti di Lawrence Berkeley National Laboratory selama 6 tahun terhadap 50.000 orang menemukan bahwa jogging bermanfaat untuk mengurangi risiko masalah kesehatan.
Dengan jogging, penurunan risiko hipertensi sebanyak 4,2 persen, kolesterol tinggi 4,3 persen, diabetes 12 persen, dan penyakit kardiovaskular sekitar 5 persen. Sedangkan, dengan jumlah pembakaran kalori yang sama, jalan kaki menurunkan risiko hipertensi sekitar 7,2 persen, kolesterol tinggi 7 persen, diabetes 12,3 persen, dan penyakit kardiovaskular 9 persen.
www.detik.com
0 komentar
belum ada komentar