Rafael Kapura, Doktor Pertama Orang Kimaam
Rafael Kapura Chambu, pria bersahaja dan energik asal Merauke, Papua, akhirnya menamatkan kuliahnya di Universitas Indonesia. Ia dinobatkan menjadi peraih gelar Doktor satu-satunya asal Pulau Kimaam, Merauke.
Rafael kelahiran 30 November 1979 itu menyelesaikan studinya lewat Sidang Promosi Doktor Bidang Ilmu Politik pada Selasa (19/7) kemarin.
Disertasinya dengan judul ‘Politik Anggaran Studi Kasus Otonomi Khusus dan RESPEK di Provinsi Papua dan Papua Barat’, memperoleh ancungan jempol dari para penguji.
Rafael Kapura berhasil mempertahankan disertasinya dengan baik. Hasil karya ilmiahnya itu akhirnya diterima dan dikukuhkan oleh dewan penguji yang dipimpin oleh Prof. Dr. Burhan Djabir Magenda, MA. Ia tercatat sebagai Doktor ke 89 pada program Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Rafael juga menjadi doktor pertama di Indonesia spesialis politik anggaran. Ujian promosinya ikut dihadiri Prof Djohermansya Johan, Dirjen Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri.
Tokoh Gereja Uskup Agung Merauke Mgr Nikolas Saputra terlihat saat sesi ujian. Ada pula keluarga, civitas akademika Universitas Indonesia, Ketua Komnas HAM RI serta beberapa Pakar UI.
Rafael sukses menyabet predikat sangat memuaskan dengan IPK 3,69. “Disertasi dari Rafael Kapura akan dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan nasional terhadap Papua,” kata Prof Djohermansya Johan, Dirjen Otda Kemendagri.
Jalan Berliku
Rafael memulai masa belajarnya dengan sangat sulit. Ia menempuh pendidikan sarjana Strata Satu di Universitas Sam Ratulangi Manado pada dekade awal 2000an. Pada masa itu, ia menjadi mahasiswa yang sangat disegani. Ia pernah mengetuai ribuan mahasiswa Papua dalam organisasi Mahasiswa Papua Sulawesi Utara.
Dibeberapa kesempatan, pria sederhana ini juga memimpin aksi memprotes ketidakadilan negara demokrasi. Ia sempat pula menjadi ketua Ikatan Mahasiswa Merauke yang berpusat di Tondano, Sulut.
Karyanya di Manado banyak dijadikan inspirasi mahasiswa baru. Seiring berjalannya waktu, aktivis kampus itu menuntaskan studi pascasarjananya yang pelik.
Rafael menjalani masa belajar tidak mudah. Ia bahkan pernah ditangkap pada tahun 2005 oleh TNI di Bupul 12, Distik Elikobel, Merauke karena dituduh menyebarkan paham kemerdekaan Papua. Meski belakangan, tuduhan itu ditepis tak terbukti.
Sebelumnya, ia pernah ‘diserbu’ mahasiswa dalam sebuah unjuk rasa menandai pembukaan Kongres Mahasiswa Papua se Indonesia di Manado. Rafael yang kala itu masih belia, dihadapkan pada serangan yang membuat kongres dibatalkan. “Semua itu jadi pengalaman saya, saya berhasil karena dukungan semua pihak,” ujarnya.
Rafael akan diwisuda pada pertengahan Agustus mendatang. Ia bercita-cita membangun tanah kelahirannya Merauke lepas dari keterbelakangan. “Terima kasih untuk Tuhan, ini saya abdikan kemudian untuk Merauke dan Papua,” pungkasnya.
http://metromerauke.com/2016/07/20/rafael-kapura-doktor-pertama-orang-kimaam/